Jingga #1


2018-11-11-19-06-44

#1

Apakah jingga selalu seindah ini?

Tatapannya berhenti mengelana pada semburat kekuningan yang membentang di atasnya. Lelaki itu tersenyum tipis, hari ini dia sempat melihat senja setelah sekian lama waktu sibuknya selalu memaksanya pulang larut.

Suara deru kendaraan bersahut-sahutan. Dia memacu kembali motornya ketika lalu lintas berganti lampu hijau.

Ini belum akhir pekan, tapi rasa-rasanya hatinya seperti ingin berkelana, entah kemana. Sepanjang hampir tiga puluh menit selepas bekerja, lelaki itu hanya memacu pelan kendaraannya. Matanya berkelana sepanjang jalan, melihat kesibukan ibu kota yang tentu semakin padat pada sore hari.

Sejenak dia menghela nafas, kembali tersenyum tipis.

Ah, apa yang sedang dia lakukan? Bagaimana dia bisa berkeliling tanpa arah ketika dia sendiri tidak tahu apa yang sebenarnya dicari?

Lelaki berkacamata itu berhenti di sebuah swalayan. Setelah memarkir motornya, dia berjalan menuju foodcourt di samping swalayan itu. Melewati satu demi satu stan aneka makanan dan minuman, dia kemudian memesan sesuatu sebelum memilih tempat duduk.

Lagi. Dia menghela nafas.

Hampir dua menit dia mengutak-atik ponselnya dengan hanya membuka tutup aplikasi, bosan. Beberapa hari ini terasa aneh. Hatinya gelisah, seperti menunggu-nunggu sesuatu dan hal itu sangat mengganggunya. Dia tidak tahu pasti apa yang tengah mengganggunya, tetapi berjalan-jalan seperti sore ini, entah bagaimana membuat hatinya bisa sedikit lebih lega.

Tidak sampai sepuluh menit, semangkuk mie yamin pangsit dan teh hangat telah tersaji di depannya. Asap panas dari makanan itu seharusnya selalu menggugah seleranya ketika lapar, tapi sepertinya hari ini pengecualian.

Butuh beberapa saat sebelum ia kemudian meraih sumpitnya dan mulai menyantap hidangan itu.

Sembari melahap santai makanannya, lelaki itu mengedarkan pandangannya ke arah jalan raya. Jalan itu dekat dengan sebuah komplek dan tidak ramai jika dibandingkan dengan jalanan lain di daerah sekitar sini. Dia kemudian teringat bahwa suasana di sana tidak banyak berubah semenjak terakhir kali dia ke sini dua tahun lalu.

“kamu selalu menyimpan makanan di pipi ya?”

Dia merasa mendengar suaranya sendiri bertanya, dan lantas tertegun. Seorang gadis duduk di depannya dengan pipi menggelembung berisi makanan. Ada hidangan yang sama dengan miliknya di hadapan gadis itu.

Sosok di depannya terlihat mengunyah pelan makanannya sebelum menelannya. Dia tampaknya menunduk sedikit karena malu, tapi ekspresinya terlihat lucu saat kemudian dia mencuri pandang.

“aku kayak anak kecil ya?”

Alih-alih menjawab, lelaki itu justru tidak sadar sudut-sudut bibirnya telah tertarik membentuk seutas senyuman. Melihat wajah di depannya bertanya lirih seperti itu membuatnya gemas.

Gadis di depannya memang seperti anak kecil. Selalu. Dan, itu yang membuatnya tidak pernah bosan.

Tetapi sedetik kemudian, bayangan itu berangsur lenyap, menyisakan kekosongan di depan matanya.

Lalu dia tersadar. 

Tidak ada jingga sore ini.

Tinggalkan komentar